Journalistic Competition: Menulis Buku itu Bebas

Wednesday, October 12, 2011 14:40 WIB

Menulis buku, masih menjadi hal yang mewah bagi mahasiswa. Selama ini mereka selalu diberikan referensi bahwa menulis buku itu harus banyak baca, dikaji secara mendalam, padahal tidak harus begitu.

Menulis buku itu harusnya bebas berkreasi. Pakailah free style. Yang penting kan misi, visi dan tujuan dibuatnya buku bisa dipahami pembaca. Mengapa selama ini menulis buku dianggap berat? Karena mahasiswa  hanya diberikan pemahaman menulis itu harus pakai aturan ketat. Lihat sejak sekolah hanya dikenalkan oleh rumus SPOK, bukan? “ papar Daniel Al Madrim (Pemimpin Redaksi Gerbangnews) dalam acara launching 3 buku baru karya mahasiswa Ikom yang tergabung dalam Journalistic Club UMM, rabu (12/10) di Aula BAU UMM. Ke-3 judul-judul buku tersebut adalah InternetMenuju Cyber Village, Bukan Fiksi, dan Membongkar Ekonomi Politik Media Massa.

Lebih jauh Daniel membagi rumus, bahwa dalam  menulis itu cukup menceritakan kondisi riil saja. Jadi bahasa tidak mentah, tidak copy paste.  Disamping itu, tidak boleh takut membuat konsep. Yang lebih penting harusnya membuat karya

Sama dengan Daniel, Husnun N.Djurait (senior jurnalist dari Malang Post) juga menggaris bawahi bahwa menulis buku itu lebih mudah kalau bercerita pengalaman dan fakta-fakta yang ada. Sebab jika ditulis harus memakai referensi ketat sementara pengatahuan dan budaya baca kurang, mereka akan berpeluang melakukan copy paste.

Apa yang kita tahu tulis saja. Tidak perlu takut dikatakan tidak ilmiah atau tak ada referensi yang njlimet. Pilih mana, buku njlimet tetapi tidak bisa dipahami pembaca atau buku renyah tapi mudah dipahami pembaca?” tantang wartawan senior di kota Malang yang populer dipanggil Cak Nun itu.

Acara launching buku yang merupakan rangkaian Journalistic Competition 2011 ini juga menghadirkan para penulis ke-3 buku tersebut. Mereka memaparkan pengalamannya di hadapan mahasiswa dan siswa SMU/SMK se Malang Raya yang hadir. Sebagai salah satu penulis buku, Tri Sulistiowati berharap bahwa buku ini bisa memotivasi mahasiswa lain dalam menulis buku. Ia mencontohkan buku yang ditulisnya Bukan Fiksi  ditulis berdasar pengalaman dan pengamatannya di lapangan selama ini. “Tidak ada yang sulit dalam menulis buku, kok. Pokoknya pede saja, “kata mahasiswa semester akhir itu  dengan bangga.

Sebagai dosen dan juga seorang penulis buku Internet Menuju Cyber Village, Winda berharap agar buku yang ditulis mahasiswa ini memicu dosen untuk menulis. Menulis buku bukti intelektualitas seseorang dan bukti otentik pada masyarakat. Ia akan dikenang dalam waktu panjang.

Dengan launching 3 buku tersebut, maka itu merupakan buku ke-11  dari karya mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM selama dua tahun terakhir. Bahkan pembentukan Journalistic Club UMM embrionya dari pembuatan buku juga. Wow…Suatu kado istimewa untuk Ultah Journalistic Club dan Ultah Jurusan Ikom UMM ke-25. (jc/fk)

Shared: