Belajar daring di masa pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi dosen maupun mahasiswa. Kuliah jarak jauh dengan posisi mahasiswa yang tersebar di seluruh antero negeri menjadi fenomena yang kini harus dihadapi oleh semua mahasiswa di negeri yang terkena dampak pandemi. Hal ini juga dirasakan oleh mahasiswa semester dua pengikut mata kuliah Dasar Jurnalistik di Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMM. Sebagai salah satu cara agar kuliah daring tetap efektif, dosen Ilmu Komunikasi FISIP UMM punya sebuah solusi.
Winda Hardyanti, M.Si, dosen pengampu mata kuliah dasar jurnalistik ini paham betul kuliah online memiliki ‘perbedaan rasa’ dengan kuliah tatap muka. Salah satu yang terasa adalah sulitnya mengaplikasikan keilmuan dalam praktek nyata. Tak terkecuali untuk mata kuliah dasar jurnalistik yang diampunya. Meski masih termasuk mata kuliah dasar, namun karena Ilmu Komunikasi adalah ilmu terapan, untuk mengefektifkan implementasi dasar jurnalistik dengan praktek nyata di lapangan maka perlu ada sebuah inovasi belajar yang harus dilakukan terlebih di masa pandemi. “Saya sadar kuliah online hanya dengan diskusi dan mendengarkan materi menurut saya tidak cukup untuk memahamkan konsep dasar jurnalistik kepada mahasiswa. Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah saya ini setidaknya harus tahu bagaimana praktek kerja jurnalistik di lapangan. Oleh karena itu untuk ujian akhir semester saya membuat penugasan yang sedikit berbeda,” jelas dosen yang juga mantan jurnalis salah satu grup media di Indonesia itu.
Untuk UAS mata kuliah Dasar Jurnalistik kelas E dan F yang diampunya, ia menugaskan semua mahasiswa secara individu untuk menjalin relasi dengan pekerja media di perusahaan media terdekat dari tempat tinggal mahasiswa saat ini. Mahasiswa diminta untuk mewawancara pekerja media terkait implementasi jurnalistik di zaman sekarang versus materi dasar jurnalistik yang sudah mereka pelajari dalam satu semester. “Jadi mahasiswa saya minta agar mereka melakukan kroscek dan analisis bagaimana penerapan jurnalistik di masa sekarang dikaitkan dengan dasar-dasar keilmuan jurnalistik yang sudah mereka pelajari. Mereka bisa menanyakan tentang proses pembuatan berita, foto jurnalistik, persoalan keredaksian atau tentang organisasi media, seperti yang sudah dipelajari dalam mata kuliah Dasar Jurnalistik,” jelasnya. Jadi dalam observasi sederhana itu, mahasiswa akan menganalisis apakah keilmuan dasar jurnalistik yang mereka pelajari selama ini sama prakteknya dengan yang ada di lapangan. Karena lokasi mahasiswa tersebar, total ada sekitar 80 perusahaan media di seluruh Indonesia yang telah terjalin relasinya. Perusahaan media tersebut tersebar mulai dari ujung Sumatera hingga Sulawesi, sesuai wilayah domisili mahasiswa pengikut mata kuliah ini. “Hal ini selain memberikan pengalaman berharga pada mereka, juga menjadi sarana untuk mengenalkan Prodi Ilmu Komunikasi di kalangan teman-teman media seluruh Indonesia,” imbuhnya.
Ummul Husna Mukadas, salah satu mahasiswa mengaku sangat tertantang ketika harus menjalin relasi dengan pekerja media. Perusahaan media terdekat dari rumahnya adalah Flores Pos, yang berada di ibu kota Provinsi NTT, sekitar 4 jam perjalanan dari rumahnya yang berada di Kelurahan Benteng Tengah Kecamatan Riung Kabupaten Kupang. Menyadari jauhnya jarak dan kondisi PSBB di wilayahnya, ia tak kurang akal. Walau tak bisa melakukan perjalanan fisik, Ummul memilih berkunjung secara virtual ke Lembaga Kantor Berita ANTARA Bali. “Saya berusaha untuk mendapat kontak jurnalis dari ANTARA Bali, Alhamdulillah disambut dengan baik meski saya melakukan wawancara melalui voice note dan video call. Dari penugasan ini saya bisa mengetahui praktek kerja jurnalistik langsung dari pelaku medianya,” ujar Ummul.
Achmad Hidayah, mahasiswa kelas E, berbagi pengalaman lainnya. Ia memutuskan untuk mengunjungi secara langsung kantor Redaksi Pedoman Sulsel. Mahasiswa yang saat ini berada di Makassar ini memberanikan diri berkunjung langsung ke kantor media tersebut. “Sebelumnya bu Winda sudah berpesan jika mau belajar langsung (kunjungan langsung, red) kami harus tetap menaati protokol kesehatan sesuai standar pencegahan Covid-19. Melalui kunjungan lapang ini saya jadi lebih percaya diri, bisa kenal jurnalis dan belajar langsung pada mereka. Saya jadi semangat untuk menekuni dunia jurnalistik yang ternyata seru sekali,” ungkap Dayat, panggilan Achmad Hidayah. Melalui penugasan seperti ini, Winda berharap mahasiswa tak hanya belajar bagaimana praktek dunia jurnalistik sebenarnya namun juga belajar bagaimana menjalin relasi dan mewawancarai calon narasumber yang tidak dikenal sebelumnya. Ia berharap, meski terbatasi oleh pandemi, namun mahasiswa tetap dapat pengalaman lapang yang nantinya berguna untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka. (*)