• komunikasi.umm.ac.id

Libatkan Pakar dan Stakeholder, Komunikasi UMM Upgrade Kurikulum

Minggu, 19 Juni 2022 19:08 WIB

Kurikulum Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) akan diperbaharui. Pembahasan menjelang lokakarya kurikulum berlangsung minggu-minggu ini hingga puncaknya pada pleno yang akan dilangsungkan akhir bulan Juni. 
Kurikulum kali ini disiapkan untuk mengadopsi Outcome Based Education (OBE), program pemerintah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan keberadaan Center of Excellent (CoE) School of Digital Creative Communication (CDCC).

Pada Focus Group Discussion (FGD) Pra-lokakarya Sabtu (11/06/2022) pekan lalu, Komunikasi UMM menghadirkan dua pakar yang mewakili akademisi dan praktisi. Dari akademisi, pakar komunikasi digital dan bigdata dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya, Dr Catur Suratnoaji, M.Si. Sedangkan dari praktisi dipilih Dr. Muhammad Faisal.  Selain akademisi, Faisal adalah konsultan digital branding dan peneliti etnografi digital dan milenial. 

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM Prof Dr Muslimin Machmud ikut mendorong agar kurikulum terus di-upgrade. Menurutnya, saat ini perubahan aturan maupun pasar kerja menuntut kurikulum yang digunakan untuk menyiapkan manusia unggul di era informasi, terutama dalam penguasaan akses dan data. 

Lebih lanjut Muslimin mengingatkan agar dalam Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) tetap memperhatikan empat bidang. Yakni, sikap dan tata nilai; kemampuan kerja; penguasaan pengetahuan, dan tanggung jawab. 

“Dan yang penting Prodi harus memiliki kekhasan yang dapat membedakan Komunikasi UMM dengan Prodi yang sama di kampus lain,” tegas Dekan. 

Senada dengan Dekan, Catur menekankan pentingnya positioning Prodi melalui kurikulum. Dia menyarankan agar kekhasan itu disesuaikan dengan lingkungan internal dan eksternal.

“Misalnya dengan trend media digital, tentu memerlukan penyesuaian mata kuliah yang dapat diampu oleh anak-anak muda. Tetapi jangan khawatir karena dosen-dosen senior juga tetap memiliki tempat karena keilmuan komunikasi sangat memerlukan penguatan teori dan ilmu-ilmu lainnya,” saran Catur. 

Dosen UPN Surabaya yang juga asesor BAN PT ini juga sepakat dengan penguasaan literasi baru, yakni literasi data. Hal ini perlu dikembangkan karena akan menjadi bekal bagi keahlian di dunia industri maupun akademik. Disamping itu mata kuliah entrepreneurship dan internship agar diwajibkan bagi mahasiswa.

Di sisi lain, Faisal mengingatkan agar tidak terjebak pada orientasi teknologi informasi semata-mata. Meski diperkirakan pada tahun 2030 dunia akan totally terdigitalisasi, kemampuan manusia dalam mengendalikan teknologi juga sangat penting. Isu-isu seperti krisis air, perubahan iklim dan konflik sosial, harus menjadi perhatian keilmuan komunikasi.

 “Basis ilmu komunikasi akan fundamental dan kembali ke kemampuan manusia, teknologi juga penting namun kembali ke manusianya. Meski kita harus menguasai teknologi digital, kita harus ingat bahwa inti komunikasi adalah talk to human. Sisi manusia tetap menjadi perhatian utama,” tukasnya.

Ungkapan Faisal memperoleh dukungan dari dua dosen senior, Budi Suprapto dan Farid Rusman. Menurut keduanya, kurikulum komunikasi tidak boleh tercerabut dari akar filsafat dan keilmuan komunikasi.

"Jangan terlalu berorientasi pada teknologi informasi sehingga sulit membedakan dengan informatika. Bagaimanapun fokusny harus tetap pada human, pada manusia," kata Budi yang juga dibenarkan Farid.

Berbagai masukan diberikan oleh para stakeholder pengguna lulusan serta alumni. Sebagian besar alumni menyarankan agar lulusan dibekali dengan whole package atau paket lengkap yang siap kerja. Selain ilmu dan keterampilan komunikasi, juga perlu persiapan bahasa, penguasaan teknologi komunikasi, serta akses ke dunia global. 

“Kalau bisa penyampaian perkuliahan minimal 50% menggunakan Bahasa Inggris agar mahasiswa terbiasa menggunakannya. Di samping itu, aspek attitude dan etiket berkomunikasi juga menjadi aspek sangat penting dalam memasuki dunia kerja di perusahaan berskala global maupun multinasional,” kata alumni yang bekerja di Saudia Airline, Nuraini Rohmawati. Hal ini juga dibenarkan alumni lainnya, seperti  Viki Arif (Paradise), Heru Nasrudin (Blibli.com), Mar'atun Sholihah (Kompas TV) dan Tri Sulis (Kontan.com). 
 
Ketua Prodi, Nasrullah, mengatakan penyesuaian kurikulum merupakan suatu keniscayaan. Ilmu dan profesi komunikasi berkembang sangat dinamis sehingga memerlukan respon yang cepat dan tepat. Untuk itu diperlukan kajian mendalam dan komprehensif dengan melibatkan semua unsur yang mewakili stakeholder Komunikasi UMM.

“Keunggulan Komunikasi UMM selama ini terletak pada kekuatan kreativitas dan kemampuan kolaboratifnya. Ini akan menjadi perhatian ke depan supaya diakomodasi dalam kurikulum yang juga perlu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi,” terang Nasrullah.

Dikatakannya, Komunikasi UMM memperoleh amanah dari Universitas untuk menjadi salah satu Prodi yang didorong memperoleh akreditasi internasional. Menyusul diperolehnya sertifikat AUN-QA, Komunikasi UMM kini menyiapkan site visit untuk akreditasi FIBAA dari Jerman. “Konsekuensinya kami harus menyiapkan banyak aspek. Tidak hanya kurikulum, tapi juga upgrading sumberdaya manusia pengajar, fasilitas laboratorium, dan tata kelola Prodi,” tambahnya.

Lokakarya akan berlanjut dengan sidang-sidang komisi untuk membahas draft kurikulum. Pada puncaknya, pleno akan dilangsungkan guna membahas kurikulum baru sebelum diserahkan kepada universitas untuk disahkan. 

Ketua Panitia Lokakarya, Radityo Widiatmojo, M.Si merinci kegiatan ini berlangsung selama sebulan. Sebelumnya FGD dengan perwakilan mahasiswa berhasil mendapatkan masukan mengenai kritik pada kurikulum lama dan keinginan muatan pada kurikulum baru mendatang. (*)

Shared: