Alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkumpul di Batu, Sabtu-Minggu (28-29/9/2024). Mereka adalah para mantan pengurus Jurnalistik Fotografi Club atau Jufoc. Tak hanya alumni-alumni baru, para dedengkot angkatan 90-an juga hadir. Tak pelak, acara reuni menjadi ajang bernostalgia yang seru.
Hari Puspita, alumni angkatan 1992 mengawali nostalgia. Ia bercerita bagaimana seluruh anggota kelas yang hanya berjumlah 22 orang dipaksa ikut Jufoc. “Kalau tidak ikut dianggap tidak lulus mata kuliah Fotografi,” kisahnya.
Lucunya, ketika ada tugas hunting foto Pemred Jawa Pos Radar Bali yang lebih dikenal dengan panggilan Pipit ini malah tidak punya karya. Sedangkan temannya, Basuki, memiliki beberapa foto hasil hunting. Pipit pun meminjam salah satu foto untuk disetor sebagai tugas Fotografi.
“Lucunya, Basuki dapat nilai B sedangkan saya dapat A. Padahal poto yang saya kumpulkan adalah karya Basuki,” ungkapnya disambut tawa alumni lain.
Berbeda dengan Pipit yang jadi anggota karena dipaksa, Lukman Siswo Bintoro adalah alumni angkatan 1994 yang pernah menduduki sebagai ketua Jufoc. Ia mulai membenahi organisasi di bawah Jurusan Komunikasi ini menjadi lebih diminati. Mahasiswa yang bergabung Jufoc saat itu memiliki kebanggaan tersendiri.
Markas Jufoc, kata Lukman, sering dipakai sebagai pengganti kos-kosan anggotanya. Saat Aji, pengurus Jufoc saat itu yang kehabisan bayar kos terpaksa tinggal di markas Jufoc tanpa diketahui pihak Jurusan atau Universitas.
“Aji ya tidur, mandi bahkan mencuci di Jufoc. Bikin jemuran ditutup spanduk lalu dikeringkan dengan cara menghidupkan kipas angin,” kisah Lukman.
Di luar keseruan para “dedengkot” itu Ketua Jufoc saat ini Wahyu Egi mengaku sangat senang bisa mengumpulkan alumni di acara Dies Natalis ke-35. Kegiatan-kegiatan hunting, pameran dan kajian kini bisa diaktifkan kembali setelah sempat vakum beberapa tahun.
“Di Dies Natalis ini kami manfaatkan untuk acara talkshow, pameran dan bazar. Semua didukung oleh alumni-alumni Jufoc," tutur Wahyu senang.
Menandai Dies Natalis ke-35 Jufoc, Kaprodi Komunikasi UMM memotong tumpeng. Tiga potongan masing-masing diserahkan kepada dosen senior Farid Rusman dan Frida Kusumastuti, dan kepada ketua Jufoc Wahyu Egi.
Dalam sambutannya, Kaprodi mengingatkan agar pengurus Jufoc tidak kehilangan kekhasan kreativitasnya. Sebagaimana alumni-alumni Jufoc sebelumnya, kata Nasrullah, anggota Jufoc saat ini juga perlu sedikit “nakal”.
“Kenakalan anak-anak dulu menghasilkan alumni yang sukses, sekarang pun kalau kalian sedikit nakal gak apa-apa,” kata Kaprodi.
Farid mengenang dahulu Jufoc dipandang sebelah mata oleh pimpinan universitas. Bukan karena tidak keren tetapi lebih karena mahasiswa Komunikasi yang minoritas. “Kantor dan lab foto Jufoc saja hanya dikasih ruang sempit di bawah tangga sebelah ruang Pertanian,” kata Farid.
Namun Farid mengakui Jufoc adalah pemersatu mahasiswa Komunikasi. Pada era ia menjadi Ketua Jurusan, Jufoc, Himakom, Radio CBFM dan lab Komunikasi berkembang bersama.
Acara reuni berlanjut dengan ramah tamah dan peresmian pameran foto karya anggota dan alumni Jufoc. Puluhan foto di pajang di teras ruang pertemuan Balai Pembenihan Ikan Tawar, Batu itu. (*)