Dosen Ilmu Komunikasi Bahas Hoaks Semeru

Rabu, 15 Desember 2021 10:38 WIB

 

Sugeng Winarno Pakar Hoaks Media dan dosen Ilmu Komunikasi UMM membahas penyebaran informasi palsu berkaitan dengan meletusnya Gunung Semeru pada program Idjen Talk  di Ameg TV (9/12). Video lama tentang bencana alam ikut tersebar ulang yang bisa menambah kepanikan masyarakat. 

 

 “Apapun bisa jadi hoax saat ini, hal ini disebabkan penetrasi teknologi komunikasi di masyarakat sudah sangat kuat. Di daerah-daerah pedesaan juga sudah tersentuh oleh smartphone. Ada semacam keinginan, kebanggaan, jika konten viral. Selain itu juga ada latar belakang ekonomi, ya seperti sengaja mencari keuntungan gitu lah,”ungkap Sugeng.

 

Sugeng juga menjelaskan singkat mengenai algoritma internet, jika sebuah kata tren dan sedang dicari banyak orang, maka kata tersebut akan mendatangkan traffic kepada pemilik konten. Sosial media yang marak digunakan masyarakat digital saat ini memiliki karakter user generated content, memungkinkan setiap pihak bisa membuat berita (konten), sehingga efeknya munculnya penulis anonim, yang bisa melemparkan isu dengan tujuan mengacaukan situasi.

 

Berita hoaks yang banyak tersebar dan dipercaya netizen ini terjadi karena literasi masyarakat awam masih rendah. “Tapi masalahnya literasi media atau melek media di masyarakat kita tidak sejalan dengan makin masifnya perkembangan teknologi komunikasi. Melek media ini dalam artian kemampuan teknis dan kemampuan kritis dalam mengkonsumsi konten,” jelas Sugeng Winarno.

 

Hasil riset menyebutkan bahwa, dalam sehari orang Indonesia rata-rata menggunakan smartphone lebih dari 3,5 jam, tetapi pendidikan literasi media di Indonesia belum mendapatkan porsi khusus di kurikulum. “Inilah menurut saya penting sekali kita memasukkan literasi media ini dalam pendidikan di sekolah. Faktanya saat ini pendidikan literasi media yang ada di Indonesia, masih sebatas gerakan-gerakan yang belum terstruktur. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan melalui seminar, roadshow, dan kampanye-kampanye mengenai literasi media. Literasi media tidak cukup bila disampaikan hanya dalam seminar berdurasi dua jam, atau dalam kampanye selama seminggu,” ungkapnya.

 

Sugeng menyebut ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal ini. Pemerintah melalui Kominfo harus menjadi benteng bagi membanjirnya fenomena hoax dengan kuasa kebijakan yang dimilikinya. Media mainstream pun harus ikut hadir sebagai media penjernih informasi.

Shared: