Festival Film Anak, Unjuk Karya Tahun Kedua

Selasa, 19 Desember 2017 11:10 WIB

 

Selalu ada yang kreatif di Ilmu Komunikasi UMM. Sebagai bentuk apresiasi terhadap karya mahasiswa yang mengambil praktikum Audio Visual 1, Prodi Ilmu Komunikasi menggelar Festival Film Anak 2017. Festival film anak ini bukanlah yang pertama digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi. Tahun 2017 adalah tahun kedua pelaksanaan festival film anak. Karya-karya yang ditampilkan adalah hasil dari praktikum AV 1 yang dikoordinatori oleh dosen Ilmu Komunikasi,Novin Farid Setyo Wibowo, M.Si.

Menurut Novin, insiatifnya untuk mengajak mahasiswa praktikum AV membuat produk film untuk anak ini berawal dari keprihatinannya pada referensi film anak yang ada di Indonesia saat ini. “ Dulu jaman saya masih kecil, kita bisa leluasa menonton film anak karena banyak pilihannya. Namun saat ini referensi film anak justru hampir semuanya berasal dari luar negeri. Namun sayangnya, meski seolah-olah film itu untuk anak sebenarnya film tersebut justru untuk yang berusia remaja. Misal film Spongebob. Spongebob itu sebenarnya bukan film anak, melainkan film untuk remaja minimal 14 tahun,”jelas Novin.

Film anak yang dibuat oleh kelompok mahasiswa yang sedang mengambil praktikum AV 1 ini dibuat dengan serius. Mereka tidak sekedar asal membuat film namun juga melakukan riset untuk menjelajahi seperti apa sebenarnya film yang betul-betul diinginkan oleh anak.  Setrelah melakukan riset, mereka kemudian mengeksekusi hasil riset itu dalam bentuk karya produksi film.

 Senin (18/12) Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pun menggelar pemutaran film anak tersebut dalam gelaran yang bertajuk Pesta Film Anak (PFA) ke 2 di Aula BAU UMM. Pemutaran film tersebut merupakan bentuk uji publik untuk 13 film hasil karya praktikum Audio Visual 1 (AV 1) mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM angkatan 2015. Penonton PFA sendiri merupakan anak-anak serta orang tua pemeran setiap film AV 1 yang ditampilkan.

Kepala Laboratorium Ilmu Komunikasi, Jamroji, M.Comm memaparkan bahwa setiap tahun beban praktikum untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi ditambah, termasuk untuk konsentrasi Audio Visual. Namun, ia mengaku terkesan karena meski setiap tahun tantangan praktikum semakin berat tetapi mahasiswa praktikum selalu bisa menyelesaikan praktikum dengan baik.

“Di tahun-tahun sebelumnya setelah selesai produksi, film, hanya akan dinilai saja oleh dosen pembimbing. Namun dibeberapa tahun terakhir, mahasiwa juga dituntut agar bisa melakukan kegiatan pasca produksi yaitu memasarkan film, salah satunya dengan mengadakan pemutaran film,” ujar Jamroji. (wnd/iel)

Shared: