• komunikasi.umm.ac.id

Filmkan Alumni, Tugas Akhir Karya Mahasiswa Komunikasi UMM Juarai Festival Film Dokumenter

Minggu, 20 Februari 2022 11:38 WIB

Trailer Gesekan Arbanat Ugik Untuk Anak Indonesia

Satu lagi prestasi diraih mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kali ini tiga mahasiswa yang tergabung dalam tim produksi film dokumenter meraih predikat pemenang ke-2 dalam Festival Dokumenter yang digelar Universitas Budi Luhur, Jakarta, Minggu (20/02/2022).

Tiga mahasiswa itu adalah Muhammad Hudan Nur Ibad (sutradara), Farhan Rifqi Zain (Director of Photography) dan Ilham Aditiya (Editor).  Mereka membentuk kelompok yang diberi nama Alecta Pictures untuk menyelesaikan Tugas Akhir Karya sebagai syarat lulus Sarjana Komunikasi UMM. Di bawah bimbingan dosen Nasrullah, ketiga mahasiswa ini berhasil lulus setelah karyanya diuji bulan lalu.

Uniknya, karya mahasiswa tersebut merupakan film dokumenter tentang perjalanan hidup dan idealisme seniman kota Malang, Kadir Sugiarto, yang juga alumni Komunikasi UMM. Kadir memiliki nama panggung sebagai Ugik Arbanat. Dengan judul “Gesekan Arbanat Ugik untuk Anak Indonesia” film ini menceritakan bagaimana Ugik menjawab keresahan masyarakat yang mulai meninggalkan lagu anak-anak.

“Aplikasi TikTok lebih melekat pada hafalan joget dan nyanyian anak-anak daripada lagu-lagu nasional, lagu daerah dan lagu dolanan,” kata Ugik resah.

Itulah sebabnya, Ugik dengan idealismenya terus melatih anak-anak bermusik. Tanpa kenal Lelah, dia berkeliling dari sekolah ke sekolah, dari komunitas ke komunitas. Dia pun meciptakan lagu-lagu bernuansa kebangsaan yang sesuai dengan irama anak-anak. Lagu Indonesia, misalnya, menggambarkan bagaimana anak-anak Indonesia mencintai keindahan alam dan budaya Nusantara ini.

Farhan mengaku senang filmnya masuk kategori terbaik. Sejak masuk 10 besar, dia dan teman-temannya selalu mengabarkan kepada pembimbing jika filmnya ikut festival dan masuk nominasi. “Sebenarnya kami tidak menargetkan juara. Yang penting film kami dapat menginspirasi dan lebih mengenalkan seniman besar seperti Cak Ugik ini ke kancah nasional,” kata Farhan dibenarkan Hudan dan Ilham.

Proses produksi film dokumenter ini mengalami berbagai hambatan. Beberapa kali pengambilan gambar dan editing harus diulang karena pembimbing meminta menyesuaikan dengan story line yang telah dibuat. “Ruh film yang terletak pada idealisme Ugik harus ditonjolkan, itu yang membuat kami kesulitan menerjemahkan saran pembimbing kami,” aku Hudan.

Sebagai pembimbing, Nasrullah juga mengaku sering kesal karena tim bimbingannya tidak kunjung menyelesaikan karyanya. “Saya kenal Ugik karena dia teman kuliah seangkatan. Dia itu iconic, khas, dan sangat idealis. Sayang kalau difilmkan sembarangan,” ungkap Kaprodi Komunikasi UMM ini.

Makanya, selain membimbing, Nasrullah juga merasa terlibat secara emosional untuk keberhasilan film ini. Berbagai upaya dilakukannya, termasuk melibatkan pembimbing dan penguji praktisi film Arfan Adhi Prasetyo. “Ini karya monumental, jadi harus bagus. Mahasiswa harus menghayati proses kreatifnya secara sungguh-sungguh agar kelak ketika mereka bekerja pengalaman ini akan terus melekat dan membanggakan,” tuturnya.

Tugas Akhir Karya memang menjadi salah satu alternatif pilihan mahasiswa Komunikasi UMM selain Skripsi. Pembuatan Film Dokumenter menjadi pilihan bagi mahasiswa yang terutama memilih peminatan Komunikasi Audio Visual. Meski demikian, peminat Jurnalistik maupun Public Relations juga bisa mengambil Tugas Akhir Karya ini.

Sekretaris Prodi Komunikasi UMM, Isnani Dzuhrina, menerangkan pada dasarnya mahasiswa bisa memilih cara lulus sesuai dengan passionnya. Selain Film Dokumenter, mahasiswa juga bisa membuat karya lain baik yang bersifat project kreatif maupun berbasis client. Seperti manajemen media online, special event, creative business plan, termasuk juga artikel ilmiah yang tembus jurnal terakreditasi.  

“Untuk creative project, karya yang dibuat harus mencapai rekognisi tertentu. Sedangkan karya berbasis klien harus menyertakan syarat kelayakan klien yang dijadikan mitranya,” terang Isnani.

Ikut sertanya festival merupakan salah satu syarat bagi karya kreatif film untuk memperoleh rekognisi publik. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa tidak hanya membuat suatu karya tetapi juga mempertanggung jawabkan karyanya di hadapan publik luas.

“Pada pilihan produksi manajemen media online, misalnya, portal berita yang dibuat harus mencapai tingkat jangkauan dan engagement pembaca tertentu agar dapat diujikan. Itulah sebabnya, tidak sedikit karya mahasiswa yang kemudian dilanjutkan menjadi bisnis dan pekerjaan mereka setelah lulus,” kata Isnani bangga. (nas)

Shared: