Dr.Joko Susilo, M.Si, berfoto bersama dewan penguji (photo by Jamroji)
Ada sisi menarik dari kisah sukses Dr. Joko Susilo, M.Si, dosen Ilmu Komunikasi UMM, yang beberapa waktu lalu dikukuhkan menjadi doktor bidang Ilmu Komunikasi. Joko, begitu sapaan akrab Dr.Joko Susilo, adalah profil pemuda desa yang sukses dalam studi. Ia dilahirkan di Desa Lawu, Kecamatan Nguter, sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Sukaharja, Jawa Tengah. Menjadi anak dari ayah yang berprofesi sebagai tukang kayu dan ibu penjual jamu gendong, tak membuat Joko kecil patah semangat. Ia pun rela meski harus sekolah tanpa mengenakan sepatu. “Sepatu adalah barang mewah bagi saya waktu itu. Keterbatasan ekonomi yang membuat saya sempat sekolah tanpa memakai sepatu,”kenang Joko. Meski tak bersepatu, Joko kecil tetap semangat belajar. Terbukti sejak kecil ia memang dikenal cerdas. Tak hanya kenangan sepatu yang menjadi catatan menarik dalam sejarah studinya. Ketika duduk di bangku SMP, Joko hampir putus sekolah, alias mrothol. Keterbatasan ekonomi lagi-lagi menjadi penghambat studinya. Namun semangat dari kedua orang tuanya menjadi cambuk baginya untuk terus semangat sekolah, meski penuh keterbatasan. Namun beruntung, berkat kecerdasannya, Joko sering menjadi juara kelas dan mendapat hadiah.
Catatan perjuangannya dalam studi tak hanya berhenti disitu saja. Lulus SMA, Joko sebenarnya sudah diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Namun lagi-lagi, karena kendala biaya ia harus memupus cita-cita kuliahnya. Joko muda pun merantau ke Bali. Ia bekerja selama tiga tahun di Bali untuk mengumpulkan uang. Setelah uang terkumpul, ia pun akhirnya bisa melanjutkan kuliah di Universitas Udayanan jurusan Hukum Internasional.
Namun passionnya ternyata bukan di Hukum Internasional. “Pada semester 2, saya pindah haluan. Jiwa saya adalah Ilmu Komunikasi. Akhirnya saya pindah ke UMM, masuk jurusan Ilmu Komunikasi. Saat itu saya angkatan kedua , tahun 1987,” ungkapnya. Pria yang kini berusia 52 tahun itu menjalani kuliah sarjananya selama 9 tahun. Lamanya perkuliahan ini bukan karena Joko malas, tapi karena dia kuliah sambil bekerja untuk membiayai kuliah. Dia nyambi kerja menjadi MC, menjadi dalang, bekerja apa saja asal halal untuk membiayai kuliahnya.
Kini kegigihannya dalam menempuh studi berbuah hasil. Joko Susilo berhasil meraih strata tertinggi dalam dunia akademik, yaitu gelar doktor. “Saya sangat bersyukur atas karunia Allah ini, terutama untuk didikan, dukungan dan semangat dari keluarga besar saya dan kolega saya di kampus. Tanpa dukungan mereka, mustahil saya bisa menyelesaikan studi ini,”tuturnya. (wnd)