Jamroji, M.Comms, Kreator Flashmob Pesmaba UMM
Viralnya tujuh formasi flashmob PESMABA UMM yang dikenal dengan Jas Merah Mob tak bisa lepas dari tangan dingin dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMM. Jamroji,M.Comms, dosen alumni dari Curtin University Australia ini bahkan disebut-sebut sebagai “Wisnutama”nya UMM, berkat kreativitasnya yang mampu menggerakan lebih dari 7500 maba dalam sejumlah formasi flashmob. Bukan kali ini saja ia menjadi konseptor flashmob PESMABA. Falshmob kali ini adalah gelaran flashmob keempat yang ia buat. Jamroji mengaku persiapan membuat flashmob tahun ini terbilang sangat singkat, total hanya enam hari ia berhasil mendirect sekitar 7.500 mahasiswa baru UMM. “Karena ini sudah yang keempat dan flashmob di tempat yang sama, maka bisa dibilang waktu persiapannya singkat. Saya dapat surat tugas 20 Agustus 2018, lalu saya mulai membuat enam sketsa di komputer dalam waktu dua hari. Setelah sketsa disetujui, lalu saya dan tim melakukangriding di helipad,”jelas Jamroji.
Mendesain falshmob bukanlah hal yang mudah. Ketika mengeksekusi falshmob ini ia melibatkan sekitar 20 orang mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM untuk membantunya mengeksekusi falshmob mulai dari proses desain hingga penataan maba. Menurutnya, proses yang tersulit adalah ketika mencocokkan sketsa formasi dengan grib di excel. Selain itu proses griding di helipad juga memiliki tantangan tersendiri, karena ia dan timnya harus teliti dan telaten memasang sekitar lebih dari tujuh ribu lakban sebagai penanda formasi di helipad. Ada tujuh jenis warna lakban yang digunakan sebagai penanda tujuh formasi yang dibuat.“Yang tak kalah sulit adalah menata barisan untuk ribuan maba ini,”imbuhnya.
Kekhasan flashmob UMM ini adalah mempertahankan tradisi tanpa alat bantu peraga sejak empat tahun terakhir. Flashmob UMM hanya memanfaatkan atribut yang sudah melekat pada mahasiswa baru, yaitu seragam putih-putih, almamater dan topi saja. Inilah salah satu yang membedakan dengan flashmob di kampus lain. Selain itu, setiap tahun Jamroji selalu membuat sesuatu yang berbeda untuk flashmob UMM. Mulai dari formasi, gerakan, dan yel-yel. Tahun lalu flashmob UMM dilakukan dengan gerakan duduk, tahun ini menggunakan gerakan membungkuk.
Variasi gerakan membungkuk dalam flashmob Pesmaba UMM
Ia mengatakan bahwa flashmob tahun ini tidak sekedar membuat formasi sekeren mungkin. Ada pesan yang ingin disampaikan pada khalayak terkait isu-isu strategis yang harus diberi perhatian lebih. Jamroji pun menginisiasi formasi pray for Lombok dan aksi donasi untuk Lombok. “Selama ini kampus-kampus lain banyak yang mengangkat isu Asian Games dan HUT Kemerdekaan RI. Nah untuk menunjukkan kepedulian pada negeri ini, saya sengaja membuat formasi Pray For Lombok dan menggalang aksi donasi 10.000 rupiah per maba untuk didonasikan ke Lombok. Alhamdulillah disetujui UMM, panitia lalu membentuk satuan petugas gerakan #LombokKuat yang berkeliling mengumpulkan donasi 10.000 per maba. Donasi ini nanti akan kami salurkan melalui Lazismu,”ungkapnya. Gerakan donasi ini sesuai dengan semangat Muhammadiyah yang pernah disampaikan oleh KH Ahmad Dahlan, bahwa amal usaha setelah Pendidikan adalah mendirikan Penolong Kesengsaraan Oemat (PKO) sebagai perwujudan aksi nyata dari pengamalan QS Al Maun.
Mengaku belajar membuat flashmob secara otodidak, secara pribadi ia mempersilakan siapapun yang ingin belajar flashmob padanya. “Wong saya bisa juga karena kemauan untuk belajar sendiri. Ilmunya tidak beli, tidak bayar, hanya memanfaatkan karunia daya pikir kreatif yang dianugerahkan oleh Allah. Tapi secara kelembagaan ya tergantung UMM. Saya hanya bawahan yang melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai amanah yang tertera di surat tugas,”ujarnya merendah. (wnd)