Deklarasi Media Literacy Prodi Ilmu Komunikasi UMM di Pondok Pesantren Karangasem, Lamongan (9/2/13). Tampak Pimpinan Ponpes, KH Hakam Mubaroq (kedua dari kiri) dan Ketua Prodi Ilmu Komunikasi, Nurudin (ketiga dari kiri). |
Sejumlah 100 siswa-siswi dan santri Pondok Pesantren Karang Asem Muhammadiyah Paciran Lamongan mendeklarasikan pembentukan Simpul Media Literacy (melek media), Sabtu (9/2). Mereka adalah aktivis pelajar yang mewakili 3400 siswa-siswi diseleksi dari Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Paciran, SMA Muhammadiyah 6 Paciran dan SMK Muhammadiyah 8 Paciran. Deklarasi disaksikan oleh Pimpinan Pondok KH Hakam Mubaroq, LC, MPd dan Ketua Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurudin, MSi.
Deklarasi berlangsung di aula Ponpes Karang Asem sesaat sebelum acara workshop dan pendampingan media literacy oleh Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Workshop sehari ini terdiri dari empat materi, yakni manajemen media sekolah, pengelolaan media sosial, public speaking dan video komunitas.
“Semoga kerjasama Pondok dengan UMM ini akan membawa manfaat bagi kedua belah pihak, terutama untuk menambah keterampilan siswa-siswi kita dalam berkomunikasi dan mengelola media sekolah, serta berbicara di depan umum,” harap Mubaroq.
Di Karang Asem, kata Mubaroq yang juga Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan, siswa-siswinya sudah belajar membuat media sekolah. Namun diakuinya masih harus lebih diaktifkan dan ditingkatkan kualitasnya. “Saya yakin UMM dapat membantu melalui workshop ini,” katanya.
Deklarasi dibacakan salah seorang siswi SMAM 6, Siti Wulandari. Dalam deklarasi itu disebut empat poin. Pertama, komitmen membangun masyarakat madani yang kritis pada media massa. Kedua, menjalin komunikasi dengan sesama anggota komunitas media literacy. Ketiga, mendampingi keluarga dan masyarakat dalam mengakses media massa. “Dan keempat, siap melakukan pemantauan media dan advokasi kepada masyarakat yang dirugikan oleh media massa,” kata Wulandari lantang.
Nurudin mengatakan acara ini merupakan bagian dari program unggulan Prodi Komunikasi UMM. Selama lima tahun terakhir, pihaknya selalu mengkampanyekan Gerakan Media Literacy. “Ini gerakan untuk menyadarkan kepada masyarakat akan bahaya media massa. Masyarakat harus bijak dalam menggunakan media,” katanya.
Lebih lanjut dikatakan, pengabdian dosen Komunikasi UMM selama ini dilaksanakan diberbagai kelompok masyarakat maupun sekolah-sekolah. Di Lamongan, sebelum di Karang Asem pengabdian juga pernah diadakan di Ponpes Modern Muhammadiyah Paciran pada tahun 2008. “Waktu itu kita melatih siswa untuk membuat film pendek agar mereka tau bahwa sebenarnya film dapat dijadikan alat dakwah, bukan sebaliknya untuk merusak moral,” kata Nurudin.
Lamongan, kata Nurudin, menjadi sasaran sosialisasi gerakan itu karena dipandang potensial. Di Paciran, misalnya, terdapat banyak sekolah dan pondok pesantren yang dapat dijadikan basis media literacy. Para santri harus menjadi agen masyarakat yang bisa mencerahkan bahwa media massa harus bisa dikendalikan isi maupun efeknya.
“Setelah deklarasi ini, kami ingin mendengar nantinya akan lahir siswa-siswi yang kritis pada media massa, dan lahir film-film pendek berkualitas dari sini,” pungkas Nurudin yakin. (nas)