Kunjungi Komunikasi UMM, LSPR Belajar Akreditasi Internasional

Jum'at, 13 Oktober 2023 12:55 WIB

Capaian Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meraih akreditasi internasional FIBAA mulai menarik perhatian kampus lain. Dua kampus terjadwal melakukan studi banding ke Komunikasi UMM dalam waktu berdekatan.

Kampus London School of Public Relations (LSPR) Jakarta telah melakukan benchmark minggu lalu, Jumat (13/10/2023). Sedangkan Universitas Bengkulu akan berkunjung minggu depan, Jumat (3/11/2023).

Tak kurang tujuh orang dari LSPR melakukan sharing secara intens ke Komunikasi UMM. Rombongan LSPR diterima Dekan FISIP UMM, Prof Dr Muslimin Mahmud dan Kaprodi Komunikasi, Nasrullah.

Rombongan LSPR itu dipimpin Director of Academic Administration Deddy Irwandy, M.Si. Sedangkan enam pejabat lainnya adalah Dekan Fakultas Komunikasi Olivia Delani Hutagaol, M.Si, Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi S2, Dr. Andika Witono, Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi S1 Dr. Sri Ulya Suskarwati, Kepala Program Studi PJJ Ilmu Komunikasi S1 Dr Dendy Muris, M.SI dan Koordinator Penjaminan Mutu Ayunda Putri Milenia, S.Psi.

Ikut menyambut tamu Jakarta, Koordinator Gugus Penjaminan Mutu FISIP UMM, Dr Frida Kusumastuti, Sekretaris Prodi Komunikasi UMM Jamroji dan Isnani Dzuhrina, serta Kepala Lab Komunikasi UMM Widiya Yutanti. UMM juga menghadirkan staf UPT Akreditasi dan Pemeringkatan (AP), Dewi Sulistyowati.

Di FISIP UMM, kata dekan, semua prodi sudah terakreditasi Unggul dari BAN PT. Dengan diraihnya akreditasi internasional oleh Komunikasi, memicu keinginan FISIP untuk mengikutkan empat prodi lainnya untuk submit akreditasi yang sama tahun depan.

“Target kami, selain Komunikasi, Prodi HI, IP dan Kesos juga terkreditasi FIBAA tahun depan,” kata Muslimin optimis.

Deddy mengatakan LSPR memang kampus lama tetapi dalam hal akreditasi masih harus belajar dari kampus lain, termasuk UMM. Transformasi LSPR menjadi Institut Komunikasi dan Bisnis menjadikannya harus menyesuaikan diri dengan ketentuan akreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

Rencananya, LSPR mengajukan akreditasi internasional Agency for Quality Assurance through Acreditation of Study Programmes (AQAS) pada program studi Ilmu Komunikasi S1 dan Ilmu Komunikasi S2. Baik AQAS maupun FIBAA adalah lembaga akreditasi yang berbasis di Jerman sehingga memiliki kemiripan dalam mempersiapkannya.

Lebih lanjut Deddy mengaku harus belajar banyak dari cara Komunikasi UMM mempersiapkan diri sebelum submit Self Evaluation Report (SER). “Terutama bagaimana menyamakan persepsi antar unit dan komitmen pimpinan,” ungkapnya.

Minggu ini, lanjut Deddy, rektor dan beberapa pimpinan LSPR sedang berada di Jerman untuk berkonsultasi langsung dengan pihak AQAS. Sedang dia bersama timnya belajar dari pengalaman kampus-kampus yang lebih dulu meraih akreditasi internasional, termasuk Komunikasi UMM.

Kaprodi Nasrullah menuturkan tidak mudah bagi Komunikasi UMM untuk mencapai akreditasi ini. Tetapi pengalaman keberhasilan sertifikasi internasional AUN QA menjadikannya lebih percaya diri.

“Yang penting semua stakeholder Prodi harus bergerak ke arah yang sama,” ungkap Nasrullah yang mengaku sempat agak panik karena SER pertama ditolak lantaran tiga prodi di UMM mengajukan sendiri-sendiri dengan narasi yang berbeda. 

Sekretaris Prodi Jamroji yang juga ketua tim taskforce FIBAA mengatakan lebih sulit menyatukan tiga SER menjadi 90 halaman daripada menyusun sendiri-sendiri. Oleh karenanya, baiknya dipahami dulu apakah dua prodi di LSPR mau mengajukan bersama atau masing-masing.

“Kalau di FIBAA malah disarankan tiga prodi untuk menjadi satu cluster. Sebaiknya di AQAS juga dipastikan dulu, apakah dua prodi juga bisa menjadi satu,” sarannya.

Deddy berharap kedatangan ke UMM ini tidak semata-mata studi banding saja. Ke depan pihaknya juga berharap ada kerjasama yang lebih kongkrit lagi. Hal ini diamini Nasrullah. (nsr)

Shared: