Nadia menerima ucapan selamat dari Dekan FISIP, Dr.Rinikso Kartono,M.Si
Kuliah sambil kerja ternyata tak cukup menjadi bukti alasan kegagalan seseorang dalam studi. Hal tersebut dibuktikan oleh Nadia Qurrantain, mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi yang dikukuhkan sebagai lulusan terbaik pada Yudisium FISIP UMM, Rabu, 15 Agustus 2018 lalu. Nadia, berhasil menjadi sarjana Ilmu Komunikasi dengan perolehan IPK 3,90. Tak hanya terbaik di tingkat prodi, Nadia juga diganjar sebagai lulusan terbaik tingkat fakultas.
Nadia layak menjadi teladan. Sebab meski super sibuk, ia terbukti mampu mengelola waktunya dengan baik. Selama menjadi mahasiswa, Nadia aktif sebagai guru les privat. “Saya mengajar les sejak semester 6. Jika ditotal hingga sekarang, saya sudah mengajar sekitar 20 siswa. Kebanyakan siswa saya adalah anak-anak dosen FISIP,”ungkap Nadia. Kesibukannya dalam mengajar memang cukup menyita waktu. Saat ini dia mengajar tiga siswa, di tiga lokasi. Ia harus mengajar mulai pukul 16.00 hingga pukul 21.00, non stop setiap hari. Konsekuensinya, waktunya untuk jalan-jalan bersama teman dan sahabat jadi berkurang drastis. Namun Nadia menganggap hal itu adalah konsekuensi yang harus dihadapi, sebab ia tak ingin membebani kedua orang tuanya.
Mahasiswi berjilbab yang fasih berbahasa Arab ini mengaku, kerja kerasnya ia lakukan karena tak ingin menyusahkan orang tuanya. “Saya merasa sudah besar, malu kalau masih harus minta uang pada orang tua. Salah satu cara meringankan beban orang tua saya adalah dengan kuliah sambil bekerja, tentunya tidak melupakan tugas utama saya itu studi,”ucap anak kedua dari empat bersaudara ini. Manajemen waktu menjadi kunci suksesnya. Ia tahu betul bagaimana mengatur waktu kapan ia harus mengerjakan tugas, bekerja dan belajar. Bahkan di sela-sela kesibukannya mengajar, Nadia masih sempat mengabdi sebagai partime di Prodi Ilmu Komunikasi. Ia pun tercatat aktif sebagai panitia sejumlah event di kampus.
Ketika ditanya bagaimana tips belajarnya, Nadia mengaku bahwa menghargai diri sendiri dengan menerapkan reward-punishment system terbukti efektif menjaga moodnya agar tetap semangat setiap hari. Ia mempunyai cara yang unik untuk menyemangati diri sendiri. “Saya akan membeli barang yang saya inginkan lalu saya simpan sampai goal saya tercapai. Jadi barangnya saya keep dulu ya sebagai motivasi untuk mencapai goal saya. Termasuk dalam hal punishment. Hukuman akan saya berikan pada diri sendiri ketika saya lengah atau malas. Misalnya menghukum diri sendiri dengan tidak jajan jika target saya tidak tercapai,”jelasnya. Ia juga menambahkan pesan untuk adik –adik tingkat agar menjadikan ilmu sebagai sarana berbagi. Menurutnya, semakin banyak ilmu yang di share pada orang lain, ilmu justru akan semakin bertambah dan lebih berkah. Selamat ya Nadia, semoga sukses! (wnd)