Baiq Nana berfoto bersama dosen pembimbing skripsinya, Nurudin, M.Si
Sebanyak 42 mahasiswa Ilmu Komunikasi dikukuhkan sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi dan berhak menyandang gelar S.Ikom pada gelaran yudisium yang dihelat oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM. Yudisium yang diselenggarakan di aula BAU tanggal 22 November 2018 ini adalah Yudisium Periode ke-4 dengan jumlah wisudawan sebanyak 133 mahasiswa.
Baiq Nana Marlina, mahasiswi Ilmu Komunikasi, dinobatkan sebagai lulusan terbaik pertama Prodi Ilmu Komunikasi dengan capaian IPK 3,77. Gadis asal Selong, Lombok ini menempati posisi pertama dengan capaian IPK tertinggi, lebih unggul dari Muhammad Dicky Haedar yang menempati posisi kedua dengan IPK 3,70 dan Ridha Novialita di posisi ketiga dengan perolehan IPK sama dengan Dicky, yaitu 3,70.
Bagi Nana, sapaan akrab Baiq Nana Marlina, memperoleh gelar lulusan terbaik pertama adalah hal yang tidak ia sangka. “Menurut saya banyak yang lebih baik dari saya, oleh karena itu saya tidak menduga mendapat gelar lulusan terbaik,”ungkap putri Lalu Ribahan dan Baiq Sudi Hartini, merendah. Nana mengaku tidak memiliki tips khusus dalam belajar. Ia hanya mencoba untuk selalu meluangkan waktu untuk belajar dimanapun ia berada dengan memanfaatkan smartphone. Bahkan saat ia nongkrong dengan teman-temannya sekalipun, ia membiasakan diri untuk membaca e-book yang tersimpan di smartphonenya.
Meski tidak berobsesi menjadi lulusan terbaik, namun Nana mengaku ia memang termotivasi untuk sukses dalam studi. Jauh-jauh dari Lombok, ia ingin membuktikan bahwa orang ‘daerah’ bisa berhasil dalam studi. Selain itu sebagai anak pertama ia ingin menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya. Selain serius belajar, Nana juga senang mengikuti organisasi komunitas. Ia pernah tergabung dalam AIESEC dan komunitas Transmania Malang. Baginya, kuliah adalah sebuah amanah. “Ayah ibu saya sudah berpisah lama. Selama ini ibu saya yang membiayai kuliah saya dan selalu mengajarkan saya untuk mandiri dan tidak manja. Sejak awal kuliah, mulai daftar hingga cari kos-kosan saya urus sendiri. Oleh karena itu saya tidak ingin mengecewakan orang tua saya, khususnya ibu saya yang sudah berjuang untuk saya hingga titik ini,”ungkapnya.
Meneliti tentang kajian studi komunikasi antar budaya, Nana berhasil memperoleh nilai A dalam tugas akhirnya. Skripsinya yang berjudul tentang Kecemasan dan Ketidakpastian dalam Komunikasi Antarbudaya ini mengkaji tentang bagaimana proses mengatasi anxiety dan uncertainty dalam komunikasi yang terjadi antara pedagang dan pembeli mancanegara yang berkunjung ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok. Dalam penelitiannya ini, Nana harus menggunakan dua bahasa saat wawancara, yang pertama bahasa Inggris ketika mewawancarai turis yang membeli di KEK Mandalika dan bahasa daerah saat berbicara dengan para pedagang tersebut. Berdasar hasil penelitiannya, untuk meminimalisir anxiety dan uncertainty dalam proses komunikasi tersebut salah satunya mereka menggunakan gesture atau bahasa isyarat tubuh untuk mencapai pemahaman.
Gadis kelahiran Montong Gedeng, 26 Juni 1995 ini berencana ingin melanjutkan studi S2 dalam bidang Ilmu Komunikasi. “Cita-cita saya ingin menjadi dosen di Lombok, untuk itu insya Allah setelah ini saya akan lanjut studi,”ungkap penyuka drama Korea ini. (wnd)