• komunikasi.umm.ac.id

Rizka Alya Putri, Mahasiswa Ikom Wakili Indonesia di Konferensi Inovasi Sosial Dunia

Sabtu, 28 April 2018 10:12 WIB

Lagi-lagi prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi. Rizka Alya Putri atau yang beken dipanggil ‘Bum’ oleh teman-temannya ini berhasil menjadi satu-satunya delegasi yang mewakili Indonesia dalam program Global Engagement Summit 2018 bulan ini di Amerika Serikat. Global Engagement Summit adalah sebuah program konferensi inovasi sosial yang menghubungkan para pemuda changemakers dari seluruh dunia untuk berkonstribusi mengembangkan dan menerapkan usaha sosial yang efektif.

Ketertarikan Rizka pada mental health, sebuah topik yang berhasil membawanya lolos sebagai delegasi ini, dilatarbelakangi olehperistiwa perundungan (bullying) yang pernah ia alami saat duduk di bangku SMP. “ Saya adalah korban bullying. Peristiwa itu membuat saya sempat menjadi pribadi yang tertutup dan kehilangan berbagai kesempatan bersosialisasi. Saya bahkan takut berprestasi karena khawatir tidak diterima,”ungkapnya.

Merasa dirinya menjadi korban bullying yang menyakitkan, membuatnya perlu untuk melakukan sesuatu. Berawal dari proyek mata kuliah praktikum yang dikerjakannya ketika menempuh studi di semester enam, Rizka mengedukasi masyarakat untuk tidak menutup diri dari lingkungan sosial dengan membuat social program yang diberi nama “Teman Bicara”. Program itu dimaksudkan untuk mengubah pandangan masyarakat yang merasa canggung untuk pergi berkonsultasi ke psikolog. “Padahal datang ke psikolog atau ke psikiater bukan berarti gila. Justru dengan membuka diri untuk berkonsultasi dengan pihak yang tepat, hal tersebut dapat menangani permasalahan yang dihadapi,” jelasnya. Dari program tersebut, ia pun kemudian mendaftarkan proposal support group nya pada program Global Engagement Summit 2018. Menurutnya, isu kesehatan mental mampu dikembangkan lagi karena bersifat jangka panjang. Melalui support group dia dapat merangkul masyarakat yang membutuhkan konsultasi, tak hanya menggandeng psikolog maupun psikiater saja, tapi juga dosen berlatarbelakang psikologi. “Alhamdulillah, pada 23 Januari, proposal saya diterima. Saya berangkat ke Amerika pada 15 April dengan menempuh perjalanan sekitar 20 jam, belum termasuk transit,” tuturnya.

Pada program Global Engagement Summit 2018 itu, ia bertemu dengan 37 mahasiswa dari 20 negara yang memiliki ketertarikan yang sama dalam dunia social impact. Dalam konferensio itu ia mendapat kesempatan untuk melakukan sesi diskusi yang membahas tentang business model, project structure, media champaign, hingga design thinking. Salah satu hal yang tak pernah dilupakannya yakni ia dapat berdiskusi masalah sosial dengan tim sukses Barack Obama, para ahli di Harvard dan Amal Kassir, muslim Syiria Amerika. (wnd)

Shared: