• komunikasi.umm.ac.id

Selamat! Prodi Ikom Tambah Doktor Baru

Rabu, 25 Juli 2018 15:55 WIB

 

Dr. Frida Kusumastuti, M.Si (jilbab merah) berfoto bersama dewan penguji Ujian Promosi Doktor di Aula Lantai 4 GKB IV UMM

Hari ini 25 Juli 2018, Prodi Ilmu Komunikasi patut bersyukur atas bertambahnya doktor baru prodi. Salah satu dosen Ilmu Komunikasi, Dr. Frida Kusumastuti, M.Si berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan delapan dosen penguji dalam Ujian Promosi Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Frida berhasil lulus dengan predikat sangat memuaskan dan memperoleh nilai A untuk disertasinya yang berjudul Tindakan Komunikatif Orang Tua dalam Penanganan Anak Penyandang Autis. Ia meneliti sejumlah ibu yang memiliki anak autis dan tergabung dalam beberapa Parent Support Group (PSG). Frida pun dikukuhkan menjadi doktor ke 35 yang diluluskan oleh Direktorat Program Pascasarjana dan menjadi doktor keempat yang akan semakin menguatkan academic environtment Prodi Ilmu Komunikasi UMM.

Dalam menyelesaikan program doktoralnya ini, Frida dipromotori oleh Prof. Dr Ishomudin, M.Sidan dibimbing oleh co promotor I Dr. Ahmad Habib, MA dan co-promotor II Dr. Muslimin Machmud, M.Si.Proses penyelesaian program doktoral, Frida harus menempuh empat kali ujian hingga akhirnya berhasil menyelesaikan ujian terbuka dan memperoleh gelar doktor. Selaku promotor, Prof. Dr Ishomuddin mengatakan bahwa ia salut dosen asli Batu tersebut berhasil menyelesaikan studi S3 nya. “Bagi kami, saya sebagai promotor dan kedua rekan co promotor, awalnya sempat pesimis beliau bisa menyelesaikan studi S3 nya, mengingat tanggung jawab beliau sebagai dosen, peneliti sekaligus ibu dari putra yang menyandang autism, tentu bukan hal mudah untuk menyelesaikan studi ini. Namun hari ini beliau bisa membuktikan bahwa beliau adalah pribadi yang hebat,”ungkapnya.

Dr. Frida Kusumastuti, M.Si menjawab pertanyaan dewan penguji

Frida mengaku tertarik meneliti topik tindakan komunikatif orang tua yang memiliki anak autis karena yang ‘sakit’ ketika berhadapan dengan autisme tidak hanya penyandangnya namun juga keluarganya. Frida melihat, para ibu melakukan tindakan komunikatif bersama sistem kepakaran untuk menemukan metode yang pas dalam penanganan anak autis. Tindakan komunikatif juga bisa sebagai salah satu upaya terapeutik bagi ibu untuk melakukan refleksi diri dan peleburan dunia subjektif dengan dunia objektif.Hal ini penting sebab  komunikasi emansipatoris diantara pihak-pihak yang dilibatkan dalam penanganan anak autis akan bisa meminimalisir persoalan yang dihadapi oleh keluarga. Keluarga dan orang tua khususnya ibu yang sejahtera sangat diperlukan dalam pendampingan anak. Frida memberi rekomendasi, supaya sistem kepakaran lebih banyak lagi memberi kesempatan kepada keluarga penyandang autism untuk menceritakan kondisi sosialnya dan pengalaman sehari-hari dalam mendampingi anak autisnya dalam proses penentuan metode penanganan yang tepat. Sementara kepada institusi kesehatan dan pendidikan supaya memberi ruang dan waktu untuk para pakar menjalankannya. (wnd)

Shared: