Skill Jurnalistik Banyak Dibutuhkan di Industri Kreatif

Minggu, 25 Februari 2024 11:05 WIB

Sama halnya dengan peminatan Komunikasi Audio Visual dan Public Relations, mahasiswa peminatan Jurnalistik Prodi Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) juga menggelar Kuliah Perdana Jumat (23/02/2024). Selain sebagai awal pembelajaran menuju penjalanan praktikum kedepan, kuliah ini memberi gambaran mahasiswa mengenai jurnalistik kontemporer.

Dilaksanakan dua kali, kuliah perdana menghadirkan dua jurnalis profesional. Mereka adalah fotografer sekaligus kontributor TEMPO Media Group, Aris Novia Hidayat dan Pemimpin Redaksi JawaPos.com Dhimas Ginanjar. Keduanya memberi materi mengenai jurnalistik di era disrupsi.

Aris mengisi sesi pertama yang dihadiri 60 mahasiswa kelas praktikum 1 Print Journalism di Mini Theater Lab Komunikasi UMM. Ia mengisi materi bertema Collaboration of Photojournalism and News Investigations in Revealing Facts.

Menurut Aris, jurnalis dituntut untuk dapat mengkomunikasikan sebuah peristiwa, realitas, maupun ide melalui fotografi jurnalistik. “Selain menambah info publik, foto juga dapat mempercantik jurnalistik,” jelasnya.

“Foto jurnalistik yang hebat memuat cerita yang mampu membuat pembaca merasa dan mempelajari sesuatu yang baru tentang dunia. Mahasiswa jurnalistik Komunikasi UMM harus menguasai ini,” tambahnya.

Sesi pertama ini juga dihadiri koordinator praktikum Aditya Dwi Putra Bhakti. Ia menambahkan, di praktikum pertama ini mahasiswa harus mampu melihat jurnalistik di era disrupsi ini. Menurutnya, “sudah seharusnya mahasiswa jurnalistik Komunikasi UMM mampu mengembangkan skill fotografi sebagai bagian dari jurnalistik,” harapnya.

Selanjutnya, sesi kedua berlangsung sore di Aula BAU UMM. Dhimas Ginanjar mengisi materi untuk mahasiswa kelas praktikum 3 Online Journalism. Sejumlah 82 mahasiswa hadir di kuliah bertema Becoming an Online Journalist as a Digital Content Creator ini.

Sedikit berbeda, kuliah berlangsung dua arah. Bersama pemateri dan koordinator, mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi materi kuliah.

Dhimas menyampaikan mengenai transformasi jurnalisme dari cetak menjadi online. “Kini media sudah bertransformasi, media yang kekinian dan kreatif lebih diminati. Teman-teman bisa menuangkan cerita kehidupan ke dalam tulisan. Itu bernilai,” ujar Dhimas yang juga seorang penulis buku JKT 48 Lima Tahun Penuh Cerita.

Selaku koordinator praktikum Nasrullah menyampaikan beberapa hal yang wajib dimiliki mahasiswa. “Selain creative communicative collaborative, mahasiswa Komunikasi UMM juga harus memiliki critical thinking yang bagus,” kata jelasnya.

Selain itu dalam menulis, mahasiswa jurnalistik Komunikasi UMM harus dapat mempopulerkan tulisannya. “Tidak hanya 5W+1H, rumus menulis kini ketambahan satu lagi, yaitu Wow. Jadi sekarang menjadi 6W+1H,” tambahnya. Karya jurnalistik harus membuat publik tertarik sebagaimana content creator.

Dhimas menambahkan, bekal kemampuan jurnalistik kini banyak diperlukan di dunia kerja pada industri kreatif. Kemampuan menulis kini semakin langka, padahal anak jurnalistik justru memiliki kemampuan ini. Oleh karenanya, jurnalistik kontemporer harus dapat bertransformasi menjadi content creator baik untuk pers maupun media sosial.

“Di Jakarta, kemampuan jurnalistik justru banyak diperlukan untuk kerja-kerja PR dan kreator konten,” tambah Dhimas yang pernah menjadi ketua Jufoc Komunikasi UMM ini. Ia menceritakan bagaimana awal menjadi jurnalis hingga dipercaya meliput ke berbagai negara, hingga menulis buku tentang girl band JKT 48 yang best seller.

Dengan menghadirkan tamu tamu spesialis di kuliah perdana ini, mahasiswa Komunikasi UMM diharapkan mampu unggul di profesinya masing-masing. Tidak hanya skill, pengetahuan juga harus unggul.

Salah seorang peserta, Affan, merasa harus banyak belajar lagi tentang jurnalistik. “Ilmu yang berharga bisa berbincang dengan jurnalis yang hebat. Jadi tahu kalau jurnalistik itu masih sangat penting sekarang ini,” ujarnya senang. (jan)

Shared: