Joko Susilo dikukuhkan sebagai doktor Bidang Ilmu Komunikasi (photo: Jamroji)
Bukan sesuatu hal yang mudah bagi seseorang untuk meraih gelar tertinggi dalam studi. Begitu pula yang dirasakan oleh Dr.Joko Susilo, M.Si, dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMM. Dosen yang juga terkenal sebagai seniman ini kemarin berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan para pengujinya di Universitas Padjajaran. Pada Selasa 14 Agustus 2018 lalu, Joko Susilo resmi dikukuhkan sebagai doktor Bidang Ilmu Komunikasi dari Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung. Disertasinya yang berjudul Seksualitas Vis a Vis Spritualitas Dalam Pesan Kontras Pornografi dan Religiusitas Karya Sastra (Semiotika Komunikasi Serat Centhini) berhasil memikat para dewan penguji. Dewan penguji dalam sidang disertasi itu terdiri dari Prof Deddy Mulyana MA Ph.D selaku ketua promotor, dengan tim penguji Prof Haryo S Martodirdjo, Prof Mahfuz Arifin, dan Dr Herlina Agustin MT. Sementara Prof Dadang Suganda M.Hum dan Dr Siti Karlina selaku oponen ahli.
Doktor kelahiran Desa Lawu, Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo ini tertarik untuk meneliti Serat Centhini, salah satu karya sastra agung yang kini hampir dilupakan orang. Selama ini Serat Centhini dinilai sarat dengan seksualitas dan pornografi. Namun, jika dicermati secara seksama dengan analisa mendalam, ternyata seksualitas dalam Serat Centhini tersebut berkaitan dengan berbagai aspek. Menariknya, seksualitas yang diangkat dalam Serat Centhini ternyata merupakan bagian dari pendakian spiritual. “Pesan pornografi yang merupakan teks seksualitas bukan merupakan tema yang berdiri sendiri tetapi menjadi satu kesatuan dengan pesan religiusitas yang mengandung teks spiritualitas. Hal ini menarik, sebab sisi spiritualitas itu jalan pendakiannya justru melalui sarana seksualitas, yang tergambar dalam tokoh Jayengresmi,”ungkap Joko. Serat Centhini memberikan argumentasi secara implisit berupa pesan laten bahwa seksualitas adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan spiritualitas manusia.
Menerima ucapan selamat dari dewan penguji (photo: Jamroji)
Ketertarikannya pada budaya memang menjadi latar belakang mengapa Joko tertarik meneliti Serat Centhini. Jamak diketahui, Joko Susilo adalah dosen sekaligus dalang. Ia mempelajari teknik mendalang secara otodidak. Kecintaannya pada budaya, khususnya pada budaya Jawa, tak hanya membuat ia semakin menjiwai dalam mendalami risetnya namun juga mampu membentuk pribadinya sebagai sosok yang santun dalam berinteraksi. Anak tukang kayu ini mengaku perjuangannya dalam studi akademik hingga meraih gelar doktor ini tidaklah mudah. Sebagai sosok yang terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, Joko merasa beruntung mampu mencapai titik tertinggi dalam studinya. “Mengingat dulu saya sekolah SMP saja tidak pakai sepatu, karena tidak punya uang untuk membelinya,”kenangnya sambil tersenyum.
Keberhasilan Joko Susilo memperoleh gelar doktor ini semakin memperkuat academic environtment Prodi Ilmu Komunikasi UMM. “Alhamdulillah, tahun ini Prodi Ikom mendapat dua doktor baru. Semoga semakin mengukuhkan standing academic kami di kalangan civitas akademika. Selamat untuk pak Doktor Joko Susilo,”ungkap M.Himawan Sutanto, M.Si, Kaprodi Ilmu Komunikasi.(wnd)