“Kami bangga karena kampus kami adalah almamater yang telah melahirkan tokoh besar seperti Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir,” ungkap ketua Prodi Prodi Ilmu Komunikasi Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “APMD”, Dr Yuli Setyowati.
Tak hanya itu, alumni APMD juga ada yang menjadi bupati di Sumatera Utara. Mahasiswanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia. “Ini kampus milik rakyat, yang mahasiswanya sangat nusantara,” lanjut Yuli ketika berkunjung ke Laboratorium Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa, (05/03/2024).
Itulah sebabnya, dalam agenda kunjungan media ke Surabaya dan Malang, APMD menyempatkan studi banding ke UMM. Selain ingin belajar tentang pengelolaan lab dan pengembangan kurikulum, juga merasa ada hubungan emosional terkait dengan nama ketua umum PP Muhammadiyah itu.
Tak sendiri, Yuli membawa serta puluhan mahasiswa dan jajaran struktural APMD. Wakil Ketua III Tri Agus Susanta, Sekretaris Prodi Habib Muhsin, Pengelola Lab Irvan Riyadi, dan beberapa dosen. Mereka disambut hangat Kaprodi Komunikasi UMM, Nasrullah, Kepala Lab Widiya Yutanti, sekretaris prodi Jamroji dan Isnani Dzuhrina dan sekretaris lab Arum Martikasari. Hadir pula dosen Nurudin dan Rahmania Santoso.
Kunjungan ini dimanfaatkan Komunikasi APMD untuk menginisiasi kolaborasi dengan UMM dengan menandatangani naskah kesepakatan kerjasama. Kedua pihak sepakat untuk mengembangkan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. “Semoga kerjasama ini berjalan dengan baik. Kami juga senang kalau UMM bisa berkunjung ke kampus kami,” harap Yuli.
Nasrullah memaparkan Komunikasi UMM telah terakreditasi internasional FIBAA dari Jerman setelah sebelumnya tersertifikasi AUN QA. Selain itu dikenalkan penerapan kurikulum outcome-based education (OBE) dan MBKM, termasuk penyelenggaraan kelas khusus Center of Excellence (CoE).
“Kurikulum kami rancang agar memenuhi standar KKNI di level 6, di mana pengetahuan dan keterampilan profesional harus seimbang. Itulah sebabnya selain kelas-kelas teori, praktikum di laboratorium juga menjadi andalan kami karena betul-betul menjadi praktek dengan suasana menyerupai di dunia kerja dengan klien-klien yang riil,” terang Kaprodi.
Center of Excellence School of Creative Digital Communication (CoE-SCDC) menjadi program yang dikenalkan selanjutnya. CoE-SCDC merupakan program yang bisa diambil mahasiswa Komunikasi UMM diluar program reguler. Di program itu, mahasiswa didorong menjadi ahli dalam creative branding melalui media sosial.
Tak hanya itu, program pengabdian masyarakat yang akan ditempuh mahasiswa juga didorong untuk tetap memiliki corak ilmu komunikasi. “Jadi mahasiswa Komunikasi UMM itu ada empat cirinya, creative, communicative, collaborative, and critical thinking,” tambahnya.
Selanjutnya, Widiya Yutanti menyampaikan terkait praktikum. Mahasiswa dituntut menerapkan pengetahuannya di praktikum sesuai dengan peminatannya, dan praktikum ini bukan praktikum yang main-main. “Mahasiswa harus mengerjakannya seperti seorang profesional,” ujarnya.
Sebagai Kepala Lab, ia menyampaikan jika Lab Komunikasi UMM tidak hanya di sini saja. “Laboratorium Komunikasi UMM tidak hanya di sini. Lapangan dan klien merupakan laboratorium yang tak terhitung jumlahnya,” bebernya.
Cara Komunikasi UMM mengelola prodinya, kata Nasrullah, menunjukkan hasil positif. Antara lain terlihat dari prestasi-prestasi mahasiswa baik nasional hingga internasional (Baca: Tiga Mahasiswa Lulus Tanpa Skripsi Berkat Juara Festival Film Internasional). Selain itu tersebarnya alumni di berbagai bidang kerja, baik di dalam maupun luar negeri.
Diterimanya kunjungan APMD ke Komunikasi UMM merupakan tradisi menjamu tamu secara baik. Sebelumnya, Komunikasi UMM juga menerima kunjungan LSPR dan Universitas Bengkulu. (jan)